Saturday, December 5, 2015

Kepada Desember

Pada malam itu pada hujan jatuh rintik-rintik di perjumpaan pertama, pada kemeja kotak kotak mu yang agak gelap karna basah dan kacamata yang sedikit kebesaran pada wajah mungilmu.  Aku sudah duduk di situ, menyeruput gelas coklat dingin dan menerawang melihat kota yang tiba-tiba begitu indah karena hujan kali ini jatuh dengan perlahan. Menyapu segala resah, saat itu, aku baru saja mengalami sebuah kehilangan yang begitu besar.  Patah hati pertamaku.

Kita baru saja mengenal.  Dua orang asing yang patah hati.  Karena apa yang paling diinginkan, tidak pernah tercukupi.  Cinta yang mengecewakan, luka yang tidak kunjung kering.  Waktu yang sudah terlalu lama berlalu tapi pahit itu masih saja terasa.

Tunjukkan arah langkah pada hati yang patah, kuatkan jiwa yang sudah sangat ingin menyerah.

Pertemuan adalah kenangan-kenangan yang manis, peluk yang menenangkan, cinta yang terucap dalam kata yang paling amat rahasia.

Kepada ingatan, yang merekam jelas hal-hal kecil yang membuat pikiran tidak berdaya.  Bahkan ketika waktu sudah berlalu.  Setahun yang lalu, aku masih ingat jelas setahun yang lalu.

Jika desember lalu adalah anak panah yang kita tarik dan melesat.  Maka ijinkanlah aku untuk merenung dan menghitung jarak.  Karena sejak anak panah itu melesat, ia belum juga berhenti, sudah setahun jaraknya.

Sampai kapan? anak panah itu laju melesat, tak menghiraukan turbulensi yang sudah begitu kuatnya, menahan tanpa memahami sekuat apa momentum itu meledak dan menciptakan frekuensi baru, sebuah dunia baru.  Dunia yang hanya ada kita berdua, tiada siapa-siapa.  Kau mengajarkan aku untuk tuli, padahal aku sudah mendengar, untuk buta, padahal aku sudah melihat, untuk tuna merasa, padahal aku sudah hancur dalam rasa.  

Pada sebuah cerita, selalu dibutuhkan sebuah tempat awal, dimana semua cerita bermula.  Dan pada jalan yang berliku panjang dan melelahkan, dibutuhkan tempat untuk menghela nafas sejenak, melihat sudah sejauh mana kita bergerak pada awal tempat kita bermula, untuk mengukur, sejauh mana kita masih mampu bertahan.  Bisa saja kita tahu, tapi tidak perduli, atau malah kita terlalu perduli, untuk acuh pada apa yang kita ketahui. 

Sudah setahun berlalu.  Masih akan adakah aku, hanya di mimpimu?


5/12/2015

Desember

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi
Dibalik awan hitamSmoga ada yang menerangi sisi gelap ini,Menanti..Seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,Di bulan desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagiMeneteskan duka meretas lukasampai hujan memulihkan luka
efek rumah kaca 


TIMECAPSULE.03.xtml
name:diara
time travel; December 2014

No comments:

Post a Comment